Pengertian dan
Teori Algoritma Dijkstra
Algoritma Dijkstra, (dinamai menurut penemunya, seorang
ilmuwan komputer, Edsger Dijkstra), adalah sebuah algoritma rakus (greedy algorithm) yang dipakai dalam memecahkan
permasalahan jarak terpendek (shortest path problem)
untuk sebuah graf berarah (directed graph)
dengan bobot-bobot sisi (edge weights) yang
bernilai tak-negatif.
Misalnya, bila vertices dari sebuah graf melambangkan kota-kota dan bobot sisi (edge weights) melambangkan jarak antara kota-kota tersebut, maka algoritma Dijkstra dapat digunakan untuk menemukan jarak terpendek antara dua kota.
Misalnya, bila vertices dari sebuah graf melambangkan kota-kota dan bobot sisi (edge weights) melambangkan jarak antara kota-kota tersebut, maka algoritma Dijkstra dapat digunakan untuk menemukan jarak terpendek antara dua kota.
Input algoritma ini adalah sebuah graf berarah yang
berbobot (weighted directed graph) G dan sebuah sumber vertex s dalam G dan V adalah
himpunan semua vertices dalam graph G.
Setiap sisi dari graf ini adalah pasangan vertices (u,v) yang melambangkan
hubungan darivertex u ke vertex v.
Himpunan semua tepi disebut E.
Bobot (weights) dari semua sisi dihitung dengan fungs
Bobot (weights) dari semua sisi dihitung dengan fungs
w: E → [0, ∞)
Jadi w(u,v) adalah jarak tak-negatif dari vertex u ke
vertex v.
Ongkos (cost) dari sebuah sisi dapat dianggap sebagai jarak antara dua vertex, yaitu jumlah jarak semua sisi dalam jalur tersebut. Untuk sepasang vertex s dan t dalam V, algoritma ini menghitung jarak terpendek dari s ke t.
Ongkos (cost) dari sebuah sisi dapat dianggap sebagai jarak antara dua vertex, yaitu jumlah jarak semua sisi dalam jalur tersebut. Untuk sepasang vertex s dan t dalam V, algoritma ini menghitung jarak terpendek dari s ke t.
Tujan Algoritma Dijkstra
Ø Tujuan Algoritma
Dijkstra yaitu untuk menemukan jalur terpendek berdasarkan bobot terkecil dari
satu titik ke titik lainnya.
Ø Kelemahan algoritma
ini adalah semakin banyak titik akan semakin memakan waktu proses.
Ø Jumlah titik
menentukan tingkat efektifitas dari algoritma djikstra.
Urutan Logika Algoritma Dijkstra
1.
Beri nilai bobot (jarak) untuk setiap titik ke titik lainnya, lalu set
nilai 0 pada node awal dan nilai tak hingga terhadap node lain (yang belum
terisi).
2.
Set semua node “Belum terjamah” dan set node awal sebagai “Node
keberangkatan”.
3.
Dari node keberangkatan, pertimbangkan node tetangga yang belum terjamah
dan hitung jaraknya dari titik keberangkatan.
4.
Setelah selesai mempertimbangkan setiap jarak terhadap node tetangga,
tandai node yang telah terjamah sebagai “Node terjamah”. Node terjamah tidak
akan pernah di cek kembali, jarak yang disimpan adalah jarak terakhir dan yang
paling minimal bobotnya.
5.
Set “Node belum terjamah” dengan jarak terkecil (dari node keberangkatan)
sebagai “Node Keberangkatan” selanjutnya dan lanjutkan dengan kembali ke step
3.
Contoh :
Titik mengambarkan
lokasi dan garis menggambarkan jalan, maka algoritma Dijkstra melakukan
kalkulasi terhadap semua kemungkinan bobot terkecil dari setiap titik.
Pertama tentukan titik yang akan menjadi
nomor kode (node) awal, lalu beri bobot jarak pada node pertama ke node
terdekat satu per satu, lalu akan dilakukan pengembangan pencarian dari satu
titik ke titik selanjutnya (tahap demi tahap).
1.
Node awal 1, Node tujuan 5. Setiap edge yang terhubung antar node telah
diberi nilai.
2.
Dijkstra melakukan kalkulasi terhadap node tetangga yang terhubung langsung
dengan node keberangkatan (node 1), dan hasil yang didapat adalah node 2 karena
bobot nilai node 2 paling kecil dibandingkan nilai pada node lain, nilai = 7
(0+7).
3.
Node 2 diset menjadi node keberangkatan dan ditandai sebagi node yang telah
terdatangi. Dijkstra melakukan kalkulasi kembali terhadap node-node tetangga
yang terhubung langsung dengan node yang telah terdatangi. Dan kalkulasi
dijkstra menunjukan bahwa node 3 yang menjadi node keberangkatan selanjutnya
karena bobotnya yang paling kecil dari hasil kalkulasi terakhir, nilai 9 (0+9).
4.
Perhitungan berlanjut dengan node 3 ditandai menjadi node yang telah
terjamah. Dari semua node tetangga belum terjamah yang terhubung langsung
dengan node terjamah, node selanjutnya yang ditandai menjadi node terjamah
adalah node 6 karena nilai bobot yang terkecil, nilai 11 (9+2).
5.
Node 6 menjadi node terjamah, dijkstra melakukan kalkulasi kembali, dan
menemukan bahwa node 5 (node tujuan ) telah tercapai lewat node 6. Jalur
terpendeknya adalah 1-3-6-5, dan niilai bobot yang didapat adalah 20 (11+9).
Bila node tujuan telah tercapai maka kalkulasi dijkstra dinyatakan selesai.
6.
Contoh soal :
Mari kita pakai contoh
jaringan yang sama dengan yang ada pada postingan Bellman-Ford yang lalu:
Misalnya kita akan
menggunakan algoritma Dijkstra untuk mencari path terpendek dari node untuk
mempermudah, buatlah tabel seperti berikut ini:
(Notasi dalam tabel algoritma Dijkstra
memiliki format (s-j,D), dimana s-j menunjukkan rute dari node s menuju node j,
sementara D menunjukkan jarak total antara kedua node tersebut)
Baris pertama masih
berupa inisialisasi, yaitu Dj akan memiliki nilai jika tersambung langsung dan
tidak memiliki nilai jika tidak tersambung langsung.
Karena node 1 kebetulan hanya memiliki 1
tetangga yaitu node 2, maka i = 2 dimasukkan pada himpunan N.
Node 2 sudah berperan
sebagai "perpanjangan" node sumber (node 1), sehingga sekarang
node-node yang terhubung dengan node 2 sudah bisa "dijangkau" oleh
node 1 via node 2. Diketahui node 3 dan node 4 terhubung langsung dengan node
2, sehingga rutenya ditulis (1-2-3) dan (1-2-4).
Untuk langkah selanjutnya dipilih node i
yang telah tersambung dengan node s namun belum masuk dalam himpunan N.
Diketahui yaitu node 3 dan node 4. Node yang dipilih adalah yang memiliki
jumlah jarak yang paling minimum, yaitu node 4. Sehingga didapat baris tabel
berikutnya seperti berikut.
Seperti langkah yang
sebelumnya, sekarang node 4 ikut berperan sebagai "perpanjangan" dari
node 1 sehingga node 5 dan node 7 yang terhubung langsung dengan node 4 sudah
bisa "dijangkau" oleh node 1 dengan rute yang tertampil.
Sebenarnya disini
mulai terjadi perbandingan nilai jarak. Dengan dimasukkannya node 4 dalam
himpunan N, maka node 4 berlaku sebagai "penembak sementara" (maafkan
saya kalau istilahnya alay -_-). Maksudnya adalah node 4 dapat melakukan
perhitungan minimum menuju node tertentu meskipun node tersebut telah diketahui
rute dan jaraknya.
Dalam kasus ini dapat diambil node 3. Node
3 sudah diketahui rute dan jaraknya pada baris ke-2. Dengan masuknya node 4
pada himpunan N, maka node 4 akan menghitung jarak minimum antara entry D3
yang terdahulu dengan yang baru. (Perbandingan via node 2 dengan via node 4):
Via node 2 --> D2 + C23 = 2 +
3 = 5
Via node 4 --> D4 + C43 = 3 +
7 = 10
Maka entry yang dipertahankan
adalah via node 2 dengan jarak 5.
Sebelumnya telah dipilih node 4 sebagai
anggota N karena bertetangga dengan node 2. Sekarang dipilih tetangga node 2
yang lainya yaitu node 3.
Perbandingan yang terjadi:
Pada D4
Via node 2 --> D2 + C24 = 2 +
1 = 3
Via node 3 --> D3 + C34 = 5 +
7 = 12
Maka entry yang dipertahankan adalah
via node 2 dengan jarak 3.
Pada D5
Via node 4 --> D4 + C45 = 3 +
4 = 7
Via node 3 --> D3 + C35 = 5 +
3 = 8
Maka entry yang dipertahankan adalah via
node 4 dengan jarak 7.
Singkat cerita, tabel hasil akhirnya
adalah sebagai berikut.
RELATED POSTS:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar